BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep
Berfikir Induktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari
hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi
merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal
48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir
dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang
diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi
adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan
yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu,
tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena
beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka
sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari
penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait
dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara rasional
ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara
empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak.
Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional
yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini
biasanya disebut hipotesis.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan
mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui
sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses induksi mulai
memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah
suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis
tersebut dapat diterima atau ditolak.
Maka dapat disimpulkan bahwa penalaran deduktif dan penalaanr
induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan yang benar.
2.2
Konsep
Bernalar dalam Karangan
Penalaran mempunyai beberapa
pengertian, yaitu: (1) Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam
urutan yang paling berhubungan sampai simpulan. (2) Menghubung-hubungkan fakta
atau data sampai dengan suatu simpulan, (3) Proses menganalisis suatu topik
sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian bare. (4) Dalam karangan
terdiri dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas,
atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai
menghasilkan suatu derajat hubungan suatu simpulan. (5) Pembahasan suatu
masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau
pengertian baru.
Jadi, Penalaran karangan ialah
proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta yang terdapat
dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau
pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu karangan itu
menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.
Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang
diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri
kesimpulan umum. Kesimpulan ini dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku
umum atas fakta yang bersifat khusus. Penalaran induktif pada dasarnya terdiri
atas tiga macam, yaitu: generalisasi, analogi, dan sebab akibat.
Contoh: Seorang polisi lalu lintas mengamati proses peristiwa di tempat kejadian
perkara suatu kecelakaan lalu lintas di perempatan Rawamangun Muka,
persimpangan Rawamangun Muka-Utan Kayu dan Cililitan-Tanjung Priuk yang terjadi
tanggal 10 juli 2000 pukul 12.30. Sebuah sepeda motor dari arah Tanjung Priuk
menabrak mobil sehingga pintu di bagian kiri rusak, penyok sedalam 10 cm, dan
sepeda motor tergeletak di dekat mobil yang ditabraknya. Seorang saksi mata
menuturkan bahwa pengendara sepeda motor terkapar jatuh 1,5 meter di sebelah
kiri sepeda motornya. Dalam pengamatannya, melalui proses perhitungan waktu
polisi menyatakan bahwa pada saat mobil melintas dari arah Cililitan ke
Rawamangun Muka lampu hijau menyala dan dibenarkan oleh para saksi. Polisi
menyatakan bahwa, dalam keadaan lampu merah sepeda motor berkecepatan tinggi
dari arah Tanjung Priuk menabrak mobil yang sedang berbelok dari arah selatan
ke arah Rawamangun Muka. Hasil pengamatan, pengendara sepeda motor terbukti
bersalah.
Kesimpulan : (1)
Pengendara sepeda motor harus membiayai
perbaikan mobil yang ditabraknya. (2) Membayar denda atas pelanggarannya.
Karangan ilmiah kualitatif induktif dilandasi penalaran (1) observasi data.
(2) menyusun estimasi (perkiraan data). (3) verifikasi analisis pembuktian. (4)
pembenaran / komparasi konstan (terus-menerus dan berkelanjutan sampai suatu
simpulan). (5) konfirmasi (penegasan dan pengesahan) melalui pengujian
hipotesis. (6) hash generalisasi / induksi. (7) konklusi (simpulan: penafsiran
atas hasil berupa implikasi atau inferensi).
2.3
Konsep
Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak
dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh: Andika Pratama adalah bintang film, dan ia
berwajah tamapan.
Raffi Ahmad adalah bintang film, dan ia berwajah
tampan.
Generalisasi: Semua bintang film berwajah tampan.
Pernyataan “semua bintang film berwajah tampan” hanya memiliki kebenaran
probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya: Sapri juga bintang iklan, tetapi
tidak berwajah tampan.
Macam-macam generalisasi :
1)
Generalisasi sempurna: Generalisasi dimana seluruh
fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk.
2)
Generalisasi tidak sempurna: Generalisasi dimana
kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk
semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang
memakai celana pantaloon.
Prosedur pengujian generalisasi
tidak sempurna. Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan
kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
2.4
Hipotesis
dan Teori
Hipotese (hypo“di bawah“,
tithenai“menempatkan“) adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima
sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penentu dalam
peneliti fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain
secara lebih lanjut. Sebaliknya teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara
relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese.
Contoh :
Tanzi & Davoodi (1998)
membuktikan bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan
melalui empat hipotesis (semua dalam kondisi ceteris paribus) :
Hipotesis pertama: tingginya tingkat
korupsi memiliki hubungan dengan tingginya investasi publik. Politisi yang
korup akan meningkatkan anggaran untuk investasi publik. Sayangnya mereka
melakukan itu bukan untuk memenuhi kepentingan publik, melainkan demi mencari
kesempatan mengambil keuntungan dari proyek-proyek investasi tersebut. Oleh
karena itu, walau dapat meningkatkan investasi publik, korupsi akan menurunkan
produktivitas investasi publik tersebut. Dengan jalan ini korupsi dapat
menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis kedua: tingginya tingkat
korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan negara. Hal ini terjadi bila
korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak, pembebasan pajak yang tidak
sesuai aturan yang berlaku, dan lemahnya administrasi pajak. Akibatnya adalah
penerimaan negara menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis ketiga: tingginya tingkat
korupsi berhubungan dengan rendahnya pengeluaran pemerintah untuk operasional
dan maintenance. Seperti yang diuraikan pada hipotesis pertama, politisi yang
korup akan memperjuangkan proyek-proyek investasi publik yang baru. Namun,
karena yang diperjuangkan hanya proyek-proyek yang baru (demi mendapat
kesempatan mencari keuntungan demi kepentingan pribadi) maka proyek-proyek lama
yang sudah berjalan menjadi terbengkalai. Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi
menjadi terhambat.
Hipotesis keempat: tingginya tingkat
korupsi berhubungan dengan kualitas investasi publik. Masih seperti yang
terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa dengan adanya niat politisi untuk
korupsi maka investasi publik akan meningkat, namun perlu digarisbawahi bahwa
yang meningkat adalah kuantitasnya, bukan kualitas. Politisi yang korup hanya
peduli pada apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah berdiri proyek-proyek
publik yang baru, akan tetapi bukan pada kualitasnya. Sebagai contoh adalah
pada proyek pembangunan jalan yang dana pembangunannya telah dikorupsi.
Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi persyaratan jalan yang
baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan produktivitas yang berakibat
pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.
2.5
Analogi
Analogi dalam ilmu bahasa adalah
persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain.
Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan
kata baru dari kata yang telah ada.
Analogi dilakukan karena antara
sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau
peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau
rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah
anlogi induktif atau analogi logis.
Contoh analogi :
Untuk menjadi seorang pemain bola
yang professional atau berprestasi dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet.
Begitu juga dengan seorang doktor untuk dapat menjadi doktor yang professional
dibutuhkan pembelajaran atau penelitian yang rajin yang rajin dan ulet. Oleh
karena itu untuk menjadi seorang pemain bola maupun seorang doktor diperlukan latihan
atau pembelajaran.
Jenis-jenis Analogi :
1)
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun
berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan
bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua.
Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat
suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti
terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh : Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final
karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final
jika berlatih setiap hari.
2)
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan
atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu
yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi
dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita
ketahui atau kita percayai.
Contoh : deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang
baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya.
Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan
sinergitas antara akal dan hati.
2.6
Hubungan
Kausal
Penalaran yang diperoleh dari
gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan
perinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa
setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan
eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya,
merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia
yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Macam hubungan kausal :
1)
Sebab- akibat.
Contoh: Penebangan liar dihutan mengakibatkan tanah
longsor.
2)
Akibat – Sebab.
Contoh: Andri juara kelas disebabkan dia rajin belajar
dengan baik.
3)
Akibat – Akibat.
Contoh:Toni melihat kecelakaan dijalanraya, sehingga Toni
beranggapan adanya korban kecelakaan.
2.7
Induksi
dalam Metode Eksposisi
Eksposisi adalah salah satu jenis
pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan
untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang
singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi uraian atau
penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan
tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan
grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi
ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi
demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
1)
Menentukan topik/tema
2)
Menetapkan tujuan
3)
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4)
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang
dipilih
5)
Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar