BAB VI : SUMBER
DAYA KONSUMEN DAN PENGETAHUAN
1.
Sumber Daya
Ekonomi
Uang
adalah alat transaksi yang sangat diperlukan oleh konsumen untuk membeli
produk. Keputusan Konsumen sehubungan dengan produk dan merek sangat
dipengaruhi oleh jumlah sumber daya ekonomi misalnya uang. Tanpa uang konsumen
tidak bisa membeli apapun. Pembelian sangat dipengaruhi oleh pendapatan
konsumen sama halnya dengan, harapan konsumen mengenai pendapatan masa datang
menjadi variabel penting dalam meramalkan perilaku konsumen.
Potensi
sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan potensi ekonomi pada dasarnya
dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu sumberdaya yang dimiliki
baik yang tergolong pada sumberdaya alam (natural resources/endowment factors)
maupun potensi sumberdaya manusia yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta
dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan (ekonomi) wilayah tingkat
ketergantungan terhadap sumberdaya secara struktural harus bisa dialihkan pada
sumber daya alam lain, misalnya, penggunaan energi sinar matahari, panas bumi,
atau gelombang laut termasuk angin, akan dapat mengurangi ketergantungan
manusia terhadap sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui.
2.
Sumber Daya Sementara
Waktu
menjadi variabel yang semakin penting dalam memahami perilaku konsumen. Karena,
konsumen semakin mengalami kemiskinan akan waktu. Namun demikian ada suatu
bagian waktu yang dihabiskan untuk kegiatan yang sangat pribadi yaitu waktu
senggang. Produk yang diklasifikasikan menurut sifat waktu konsumen disebut
barang waktu (time goods).
a.
Barang
yang menggunakan waktu
Produk
yang memerlukan pemakaian waktu dalam mengkonsumsinya. Contoh : menonton TV,
memancing, Golf, tennis (waktu senggang) tidur, perawatan pribadi, pulang pergi
(waktu wajib).
b.
Barang
penghemat waktu
Produk
yang menghemat waktu memungkinkan konsumen meningkatkan waktu leluasa mereka.
Contoh: oven microwave, pemotong rumput,
fast food.
3.
Sumber Daya
Kognitif
Sumberdaya
Kognitif menggambarkan kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan
berbagai kegiatan pengolahan informasi Alokasi Kapasitas Kognitif dikenal
sebagai perhatian (attention). Perhatian terdiri dari dua dimensi:
a.
Arahan
(direction) menggambarkan fokus perhatian
b.
Intensitas
mengacu pada jumlah kapasitas yang difokuskan pada arahan tertentu. Karena
kapasitas tersebut terbatas, orang harus selektif dalam apa yang mereka
perhatikan dan berapa banyak perhatian dialokasikan selama pengolahan
informasi.
Pengertian
sumber daya kognitif adalah kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan
dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasarkan
pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya skema-skema
tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam mereprensentasikan
informasi secara mental, teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme.
Pengetahuan yang dimiliki konsumen penting bagi sang konsumen itu sendiri.
Karena saat ini begitu banyak barang tipuan yang sangat merugikan konsumen.
Terkadang barang tipuan ini pula yang lebih unggul dibandingkan barang
berkualitas. Seperti istilah yang sangat umum yaitu : harga sebanding dengan
kualitas. Hal ini memang tidak pernah salah, karena jika menginginkan sesuatu
yang lebih maka harus melakukan pengorbanan yang lebih pula. Namun sayangnya
dikarenakan begitu banyak kelas ekonomi menengah ke bawah, maka lebih memilih
produk yang terjangkau tanpa memikirkan kualitas.
Pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dapat melalui berbagai macam media,
diantaranya :
a. Koran dan
majalah : dimana banyak informasi yang terdapat didalamnya
b. Internet :
begitu terbukanya internet pada saat ini sangat membantu pengetahuan yang luas
pula
c. Televisi : suatu
media yang sangat komunilkatif ini sangat membantu konsumen untuk mendapat
pengetahuan
d. Radio : meski hanya menerima suara
namun radio masih berguna memberikan pengetahuan yang dibutuhkan
Sumber daya
konsumen dan pengetahuan yang dimiliki konsumen sangat berpengaruh pada
keputusan pembelian dan hasilnya nanti. Sehingga keduanya wajib dimiliki
sebelum melakukan pembelian dan tidak dapat terpisahkan. Ditambah dengan masa
yang sangat modern saat ini, membuat kebutuhan dan keinginan meningkat begitu
tajam. Perlu ketelitian dan kenyamanan bagi para konsumen agar tidak merugi.
4.
Kandungan
Pengetahuan
Kajian
myke mendefinisikan kandungan pengetahuan sebagai “jumlah keupayaan sumber
tenaga manusia, asset dan pengamalan kepimpinan, modal teknologi dan maklumat,
hubungan kerjsama, harta intelek, stok maklumat serta kebolehan untuk berkongsi
pembelajaran dan penggunaan, yang boleh digunakan untuk menjana kekayaan dan
meningkatkan daya saing ekonomi”.
5.
Organisasi
Pengetahuan
Pengetahuan
konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian. Apa yang dibeli, berapa banyak
yang dibeli, dimana membeli dan kapan membeli akan tergantung kepada
pengetahuan konsumen mengenai hal-hal tersebut. Pengetahuan konsumen adalah
semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk, serta
pengetahuan lainnya yang terkait dan informasi yang berhubungan dengan
fungsinya sebagai konsumen.
a.
Pengetahuan
tentang karakteristik
b.
Pengetahuan
tentang manfaat produk
c.
Pengetahuan
tentang kepuasan yang diberikan produk kepada konsumen
i.
Manfaat
fungsional, yaitu manfaat yang dirasakan konsumen secara fisiologis
ii.
Manfaat
psikososial, yaitu aspek psikologis dan aspek sosial yang dirasakan konsumen
setelah mengkonsumsi suatu produk
6.
Mengukur
Pengetahuan
Cara
yang paling nyata dalam mengukur kemampuan pengetahuan adalah menilai secara
langsung isi ingatan, beberapa indikator pengukuran pengetahuan, antara lain :
a.
Pengetahuan
objektif (objectiv knowledge)
Pengukuran
yang menyadap apa yang benar-benar sudah disimpan oleh konsumen di dalam
ingatan.
b.
Pengetahuan
subjektif (subjective knowlage)
Dipengaruhi oleh kepercayaan diri
seseorang, yaitu bahwa orang yang percaya diri mungkin melaporkan secara
berlebuhan tingkat pengetahuan mereka (engel, blackwell, and miniard, 1994,p.
331-332)
BAB VII : SIKAP, MOTIVASI DAN KONSEP
DIRI
1.
Komponen Sikap
Ada
tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude) yaitu :
a. Kognitif (cognitive)
Berisi kepercayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali
kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai
apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
b. Afektif (affective)
Menyangkut masalah emosional
subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini
disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
c. Conatif (conative)
Komponen konatif atau komponen
perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan
berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap
yang dihadapi.
2.
Sifat-sifat
Sikap
Seperti kita ketahui secara umum, bahwa sikap dapat dibagi menjadi dua
sifat yaitu sifat negatif dan sifat positif. Sifat negatif menimbulkan
kecenderungan untuk menjauh, memberi ataupun tidak menyukai keberadaan suatu
objek. Sedangkan sifat positif menimbulkan kecenderungan untuk menyenangi,
mendekat, menerima atau bahkan mengharapkan kehadiran objek tertentu. Sikap
selain memiliki dua sifat, juga memiliki beberapa ciri-ciri antara lain :
a. Sikap selalu
menggambarkan hubungan subjek dengan objek
b. Sikap tidak dibawa
sejak lahir tetapi “dipelajari” berdasarkan pengalaman dan latihan
c. Karena sikap dapat
“dipelajari” maka sikap dapat diubah meskipun sulit
d. Sikap tidak
menghilang walau kebutuhan sudah terpenuhi
e. Sikap tidak hanya
satu macam saja melainkan sangat beragam sesuai dengan objek yang menjadi pusat
perhatiannya.
f. Dalam sikap
tersangkut faktor motivasi dan perasaan.
3.
Pengunaan
Multiatribute Attitude Model Untuk Memahami Sikap Konsumen
Kepercayaan
konsumen terhadap suatu produk bahwa produk tersebut memiliki atribut adalah
akibat dari pengetahuan konsumen. Menurut Mowen dan Minor kepercayaan konsumen
adalah pengetahuan konsmen mengenai suatu objek, atributnya, manfaatnya.
Pengetahuan tersebut berguna dalam mengkomunikasikan suatu produk dan
atributnya kepada konsumen. Sikap menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap
berbagai atribut tersebut. Berikut adalah beberapa karakteristik sikap antara
lain :
a. Sikap positif, negatif, netral
b. Keyakinan sikap
c. Sikap memiliki objek
d. Konsistensi sikap
e. Resistensi sikap.
Berikut penggunaan multi atribut attidude ada tiga
yaitu :
a. Theattribute-toward-objectmodel:
Digunakan
khususnya menilai sikap konsumen terhadap satu kategori produk atau merk
spesifik. Hal ini untuk menilai fungsi kehadiran dan evaluasi terhadap
sesuatu.Pembentukan sikap konsumen yang dimunculkan karena telah merasakan
sebuah objek. Hal ini mempengaruhi pembentukan sikap selanjutnya.
b. Theattitude-toward-behaviormodel
Lebih
digunakan untuk menilai tanggapan konsumen melalui tingkah laku daripada sikap
terhadap objek.Pembentukan sikap konsumen akan ditunjukan berupa tingkah laku
konsumen yang berupa pembelian ditempat itu.
c. Theoryof-reasoned-actionmodel
Menurut
teori ini pengukuran sikap yang tepat seharusnya didasarkan pada tindakan
pembelian atau penggunaan merk produk bukan pada merek itu sendiri tindakan
pembelian dan mengkonsumsi produk pada akhirnya akan menentukan tingkat
kepuasan.
4.
Pentingnya
Feeling Dalam Memahami Sikap Konsumen
Azwa (1995) menyimpulkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembetukan sikap adalah pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi
atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam individu.
a. Pengalaman pribadi Middlebrook
(dalam Azwar 1995) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dmiliki oleh
seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap
negative terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang
dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, karena
penghayatan akan pengalama lebih mendalam dan lebih lama membekas.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap
penting individu pada umumnya cenderung memiliki sifat yang konformis atau
searah dengan sikap orang yang dianggap penting yang didorong oleh oleh
keiinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghidari konflik.
c. Pengaruh Kebudayaan Burrhus Frederic
Skin, seperti yang dikutip Azwar sangat menekankan pengaruh lingkungan
(termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan
pola perilaku yang konosisten yang menggambarkan sejarah reinforcement yang
kita alami (Hergenhandalam azwar, 1995). Kebudayaan memberikan corak pengalaman
bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaanlah yang menanamkan garis
penpgrah sikap individu terhadap berbagai masalah.
d. Media massa berbagai bentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai
pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa
memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat pesar-pesan sugestif
akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah
sikap tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga
agama. Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu system mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk,
garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh
dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan
konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan system kepercayaan maka
tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut
berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.
5.
Penggunaan Sikap
dan Maksud Untuk Memperkirakan Perilaku Konsumen
Werner dan
Pefleur (Azwar, 1995) mengemukakan 3 postulat guna mengidentifikasikan tiga
pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitupostulat of
consistency, postulat of independent variation, dan postulate of contigent
consistency.
Berikut ini
penjelasan tentang ketiga postulat tersebut :
a. Postulat Konsistensi
Postulat
konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberi petunjuk yang cukup akurat
untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila dihadapkan pada
suatu objek sikap. Jadi postulat ini mengasumikan adanya hubungan langsung
antara sikap danperilaku.
b. PostulatVariasi Independen
Postulat ini
mengatakan bahwa mengetahui sikap tidak berarti dapat memprediksi perilaku
karena sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri individu yang
berdiri sendiri, terpisah dan berbeda.
c. Postulat Konsistensi Kontigensi
Postulat
konsistensi kontigensi menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat
ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu. Norma-norma, peranan,
keanggotaan kelompok dan lain sebagainya, merupakan kondisi ketergantungan yang
dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, sejauh mana
prediksi perilaku dapat disandarkan pada sikap akan berbeda dari waktu ke waktu
dan dari satu situasi ke situasi lainnya. Postulat yang terakhir ini lebih
masuk akal dalam menjelaskan hubungan sikap dan perilaku.
6.
Dinamika Proses
Motivasi
Proses
motivasi :
a. Tujuan. Perusahaan harus bias
menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai, baru kemudian konsumen
dimotivasi ke arah itu.
b. Mengetahui kepentingan. Perusahaan
harus bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan
perusahaan semata
c. Komunikasi efektif. Melakukan
komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar konsumen dapat mengetahui apa
yang harus mereka lakukan dan apa yang bisa mereka dapatkan.
d. Integrasi tujuan. Proses motivasi
perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen.
Tujuan perusahaan adalah untuk mencari laba serta perluasan pasar. Tujuan
individu konasumen adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan.kedua kepentingan di
atas harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
e. Fasilitas. Perusahaan memberikan
fasilitas agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan.
7.
Kegunaan dan
Stabilitas Pola Motivasi
Motivasi
menurut American Encyclopedia adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan
pokok pertentangan) dalam diri sesoerang yang membangkitkan topangan dan
tindakan. Motivasi meliputi factor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya
dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.
Dengan
demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang
menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama,bekerja efektif
dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.motivasi
konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan.
Dengan
adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang
diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi
adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang
diinginkan. Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali
berhubungan dengan kepuasan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha
untuk membangun kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam
konteks perilaku konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul
karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin
dicapai.kebutuhan menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu
waktu tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku.
Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka
terhadap usaha motivasi para konsumen.
8.
Memahami
Kebutuhan Konsumen
Kebutuhan
konsumen dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Fisiologis. Dasar-dasar kelangsungan
hidup, termasuk rasa lapar, haus dan kebutuhan hidup lainnya.
b. Keamanan. Berkenaan dengan kelangsungan
hidup fisik dan keamanan
c. Afiliasi dan pemilikan. Kebutuhan
untuk diterima oleh orang lain, menjadi orang penting bagi mereka.
d. Prestasi. Keinginan dasar akan
keberhasilan dalam memenuhi tujuan pribadi
e. Kekuasaaan. Keinginan untuk mendapat
kendali atas nasib sendiri dan juga nasib orang lain
f. Ekspresi diri. Kebutuhan
mengembangkan kebebasan dalam ekspresi diri dipandang penting oleh orang lain
g. Urutan dan pengertian. Keinginan
untuk mencapai aktualisasi diri melalui pengetahuan, pengertian, sistematisasi
dan pembangunan system lain.
h. Pencarian variasi. Pemeliharaan
tingkat kegairahan fisiologis dan stimulasi yang dipilih kerap diekspresikan
sebagai pencarian variasi
i.
Atribusi
sebab-akibat. Estimasi atau atribusi sebab-akibat dari kejadian dan tindakan.
BAB VIII : KEPRIBADIAN, NILAI DAN GAYA
HIDUP
1.
Kepribadian
Kepribadian adalah
keseluruhan cara seorang individu bereaksi
dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan
dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Kepribadian didefinisikan
sebagai ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang menentukan dan mencerminkan
bagaimana seseorang berespon terhadap lingkungannya. Penekanan dalam definisi
ini adalah pada sifat-sifat dalam diri atau sifat-sifat kewajiban yaitu
kualitas, sifat, pembawaan, kemampuan mempengaruhi orang dan perangai khusus
yang membedakan satu individu dari individu lainnya. Kepribadian cenderung
mempengaruhi pilihan seseorang terhadap produk. Sifat-sifat inilah yang
mempengaruhi cara konsumen merespon usaha promosi para pemasar, dan kapan, di
mana, dan bagaimana mereka mengkonsumsi produk dan jasa tertentu. Karena itu,
identifikasi teerhadap karakteristik kepribadian khusus yang berhubungan dengan
perilaku konsumen sangat berguna dalam penyusunan strategi segmentasi pasar
perusahaan.
Kepribadian
mencerminkan perbedaan individu karena karakterisitik dalam diri yang
memebentuk kepribadian individu merupakan kombinasi unik berbagai faktor, maka
tidak ada dua individu yang betul-betul sama. Kepribadian merupakan konsep yang
berguna karena memungkinkan kita untuk menggolongkan konsumen ke dalam berbagai
kelompok yang berbeda atas dasar satu atau beberapa sifat.
Kepribadian
bersifat konsisten dan bertahan lamaSuatu kepribadian umumnya sudah terlihat
sejak manusia berumur anak-anak, hal ini cenderung akan bertahan secara
konsisten membentuk kepribadian ketika kita dewasa. Walaupun para pemasar tidak
dapat merubah kepribadian konsumen supaya sesuai dengan produk mereka, jika
mereka mengetahui, mereka dapat berusaha menarik perhatian kelompok konsumen
yang menjadi target mereka melalui sifat-sifat relevan yang menjadi
karakteristik kepribadian kelompok konsumen yang bersangkutan. Walaupun
kepribadian konsumen mungkin konsisten, perilaku konsumsi mereka sering sangat
bervariasi karena berbagai faktor psikologis, sosiobudaya, lingkungan, dan
situasional yang mempengaruhi perilaku.
Kepribadian
dapat berubah kepribadian dapat mengalami perubahan pada berbagai keadaan
tertentu. Karena adanya berbagai peristiwa hidup seperti kelahiran, kematian,
dan lain sebagainya. Kepribadian seseorang berubah tidak hanya sebagai respon
terhadap berbagai peristiwa yang terjadi tiba-tiba, tetapi juga sebagai bagian
dari proses menuju ke kedewasaan secara berangsur-angsur.
2.
Nilai-nilai
individu
pola
yang dapat kita lihat dari nilai adalah perubahan perilaku dan alasan seseorang
dalam membelanjakan uang atau sumber daya yang mereka kelola dan mereka miliki.
Semakin tinggi mereka menilai dari suatu barang dan jasa terhadap kehidupan,
maka makin tinggi pula apresiasi mereka dalam memandang barang dan jasa
tersebut dari segi konsumsi.
Contoh
adalah jika seseorng memandang bahwa menkonsumsi makanan di restoran mc’donald
adalah sebuah keinginan dan kebutuhan. Maka ia akan berusaha untuk menikmati
akanan direstoran tersebut dengan nyaman walaupun tentu ada uang yang harus ia
keluarkan untuk hal tersebut.
Dan
sebaliknya, kalau seseorang memandang mengkonsumsi makanan yang disajikan di
sebuah restoran tersebut sebagai sesuatu yang kurang begitu penting bagi
dirinya, maka ia tidak akan berusaha untuk datang dan makan direstoran
tersebut. Walaupun ia sebenarnya memiliki kemampuan untuk datang dan makan
direstoran tersebut.
Dilihat
dari kepribadian, perilaku konsumen mempunyai nilai-nilai individu sebagai
berikut :
a.
Id
Id itu untuk mengusahakan segera
tersalurkannya kumpulan-kumpulan energi atau ketegangan, yang dicurahkan dalam
jasad oleh rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar.berfungsi
sebagai menunaikan prinsip kehidupkan yang asli atau yang pertama yang
dinamakan prinsip kesenangan (pleasure principle).
Bertujuan untuk mengurangi ketegangan.
Ketegangan dirasakan sebagai penderitaan. Tujuan dari prinsip kesenangan ini
dapat dikatakan terdiri dari usaha mencegah dan menemukan kesenangan.
b.
Ego
Ego
adalah hubungan timbal balik antara seseorang dengan dunia memerlukan
pembentukan suatu system rohanian baru. Berlainan dengan id yang dikuasai oleh
prinsip kesenangan, ego dikuasai oleh prinsip kenyataan (reality principle)
Bertujuan
untuk menangguhkan peredaan energi sampai benda nyata yang akan memuaskan telah
diketemukan atau dihasilkan. Penangguhan suatu tindakan berarti bahwa ego harus
dapat menahan ketegangan sampai ketegangan itu dapat diredakan dengan suatu
bentuk kelakuan yang wajar.
c.
Super
Ego
Superego
adalah suatu cabang moril atau cabang keadilan dari kepribadian. Superego lebih
mewakili alam ideal daripada alam nyata. Superego terdiri dari dua anak system,
ego ideal dan hati nurani.
3.
Konsep gaya
hidup dan pengukurannya
Gaya hidup
adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang
ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak lahir
dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani
siklus kehidupan.
Psikografi
adalah variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur gaya hidup. Bahkan
sering kali istilah psikografi dan gaya hidup digunakan secara bergantian.
Beberapa variabel psikografi adalah sikap, nilai, aktivitas, minat, opini, dan
demografi.
Teori sosio-psikologis melihat dari
variabel sosial yang merupakan determinan yang paling penting dalam pembentukan
kepribadian. Teori faktor ciri, yang mengemukakan bahwa kepribadian individu
terdiri dari atribut predisposisi yang pasti yang disebut ciri (trait).
Konsep gaya
hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan
bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana
mengalokasikan waktu mereka. Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada
perspektif internal, yang memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan
dan persepsi mereka terhadap sesuatu.
Ada 3 Faktor
yang mempengaruhi Gaya Hidup Konsumen :
a. Kegiatan yaitu bagaimana konsumen
menghabiskan waktunya.
b. Minat yaitu tingkat keinginan atau
perhatian atas pilihan yang dimiliki konsumen.
c. Pendapat atau pemikiran yaitu
jawaban sebagai respon dari stimulus dimana semacam pertanyaan yang diajukan.
Contoh nyata pada kehidupan sehari-hari
:
Di Amerika Serikat kelas sosial ini
seperti yang diklasifikasikan oleh Coleman menjadi 7 kelas sosial masing-masing
kelas Atas-Atas, Atas Bawah, Menengah Atas, kelas Menengah, kelas Pekerja,
Bawah Atas, Bawah-bawah
Sementara di Kota Jakarta, hasil
penelitian Sosiologi UI yang tertuang dalam Rencana Umum Pembangunan Sosial
Budaya DKI Jakarta 1994-1995, dapat distratifikasikan dalam lima strata, yaitu
lapisan elite, lapisan menengah, lapisan peralihan, lapisan bawah, dan lapisan
terendah.
Dalam perilaku
konsumen secara samar orang membedakan pengertian kelas sosial dengan
pengertian status sosial. Jika kelas sosial mengacu kepada pendapatan atau daya
beli, status sosial lebih mengarah pada prinsip-prinsip konsumsi yang berkaitan
dengan gaya hidup.
4.
Pengukuran ganda
perilaku individu
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku individu terhadap pengambilan keputusan konsumen :
a. Sikap orang lain
b. Faktor situasi tak terduga
Konsumen
mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasar pada pendapatan yang diharapkan,
harga, dan manfaat produk yang diharapkan.
Ada 5 tahap proses pengambilan
keputusan pembelian terdiri dari :
a. Pengenalan
Kebutuhan
Proses pembelian bermula dari pengenalan kebutuhan
(need recognition)-pembelian mengenali permasalahan atau kebutuhan. Pembeli
merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang
diinginkan.
b. Pencarian
Informasi
Konsumen yang tergerak mungkin mencari dan mungkin
pula tidak mencari informasi tambahan. Jika dorongan konsumen kuat dan produk
yang memenuhi kebutuhan berada dalam jangkauannya, ia cenderung akan
membelinya.
c. Pengevaluasian
Alternatif
Cara konsumen memulai usaha mengevaluasi alternatif
pembelian tergantung pada konsumen individual dan situasi pembelian tertentu.
Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran
yang logis.
d. Keputusan
Pembeli
Tahap pengevaluasian, konsumen menyusun peringkat
merek dan membentuk kecenderuangan (niat) pembelian. Secara umum, keputusan
pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua
faktor yang muncul diantara kecenderungan pembelian dan keputusan pembelian.
e. Perilaku
Setelah Pembelian
Pekerjaan pemasar tidak hanya berhenti pada saat
produk dibeli. Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas
dan akan masuk ke perilaku setelah pembelian yang penting diperhatikan oleh
pemasar.
BAB IX :
MEMPENGARUHI SIKAP DAN PERILAKU
1.
Dari bujukan
hingga komunikasi
Berawal dari Stimulan yang
merupakan masukan proses perilaku dibedakan atas rangsangan pemasaran dari
pemasar dan rangsangan dari lingkungan konsumen itu sendiri. Sedangkan proses
pengambilan keputusan dipengaruhi oleh faktor personal maupun sosial konsumen.
Respons perilaku konsumen dapat dijadikan faktor yang dapat membentuk keputusan
pembelian (yaitu pembelian selanjutnya) atau tidak melakukan pembelian (menolak
produk yang ditawarkan).
Rangsangan pemasaran dari pemasar
yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yaitu seluruh kegiatan
pemasaran yang meliputi bujukan hingga komunikasi mengenai produk tertentu yang
ditawarkan. Para pemasar dapat melakukan kegiatan yang dapat dijadikan teknik
modifikasi perilaku konsumen. Berbagai teknik modifikasi yang dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen adalah melalui beberapa aspek pemasaran
yang meliputi aspek produk, aspek harga, dan aspek promosi.
Konsumen adalah kelompok individual
(perorangan maupun rumah tangga) yang membeli dan mengkonsumsi barang atau jasa
untuk kepentingan pribadi maupun keluarganya atau untuk maksud lain.Keputusan
pembelian konsumen untuk membeli atau tidak membeli merupakan respons perilaku
atas stimulan yang diterima konsumen. Model yang mendasarkan pada arus proses
perilaku konsumen ini sering dikenal sebagai model rangsangan-tanggapan
(stimulus-respons model).
Stimulan yang merupakan masukan
proses perilaku dibedakan atas rangsangan pemasaran dari pemasar dan rangsangan
dari lingkungan konsumen itu sendiri. Sedangkan proses pengambilan keputusan
dipengaruhi oleh faktor personal maupun sosial konsumen. Respons perilaku
konsumen dapat dijadikan faktor yang dapat membentuk keputusan pembelian (yaitu
pembelian selanjutnya) atau tidak melakukan pembelian (menolak produk yang
ditawarkan). Rangsangan pemasaran dari pemasar yang dapat mempengaruhi sikap
dan perilaku konsumen yaitu seluruh kegiatan pemasaran yang meliputi bujukan
hingga komunikasi mengenai produk tertentu yang ditawarkan.
Para pemasar dapat melakukan
kegiatan yang dapat dijadikan teknik modifikasi perilaku konsumen. Berbagai
teknik modifikasi yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen adalah
melalui beberapa aspek pemasaran yang meliputi aspek produk, aspek harga, dan
aspek promosi. Namun, proses pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi suatu
barang ada pada diri seorang konsumen itu sendiri. Hal-hal ini dapat berupa
motivasi seseorang, persepsi seseorang, pemahaman seorang konsumen akan produk
yang dipilihnya, tingkat kepercayaan dan loyalitas konsumen akan suatu produk
serta kepribadian seorang konsumen itu sendiri dalam memilih suatu produk.
2.
Teknik
modifikasi perilaku
Modifikasi
perilaku menunjukkan kepada teknik mengubah perilaku, seperti mengubah perilaku
dan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus melalui penguatan perilaku adaptif
dan /atau penghilangan perilaku maladaptive melalui hukuman. Istilah ini
pertama kali digunakan oleh Edward Thorndike pada tahun 1911 dalam artikelnya
Provisional Laws of Acquired Behavior or Learning.
Eksperimen
psikologos klinis menggunakan istilah modifikasi perilaku untuk merujuk pada
teknik psikoterapi khususnya untuk meningkatkan perilaku adaptif dan
menghilangkan yang maladaptive. Dua istilah lain yang berhubungan adalah terapi
perilaku dan analisis perilaku.
Modifikasi
perilaku secara umum dapat diartikan sebagai hampir segala tindakan yang
bertujuan mengubah perilaku. Definisi yang tepat dari modifikasi perilaku
adalah usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun
prinsip-prinsip psikologis hasil eksperimen lain pada perilaku manusia
(Bootzin, 1975).
Adapun
teknik modifikasi perilaku adalah sebagai berikut :
a.
Dorongan
(Prompting)
Permintaan untuk melakukan suatu
tindakan kepada seseorang. Barangkali setiap orang yang pernah memesan makanan
di restoran fastfood pernah menjumpai dorongan.
b.
Teknik
Banyak Permintaan Banyak (Many Asking)
Mengajukan beberapa permintaan kepada
konsumen dengan mengawalinya dari permintaan yang kecil lalu ke permintaan yang
lebih besar. Atau sebaliknya, diawali dari permintaan besar kemudian diikuti
oleh permintaan lebih kecil. Contoh menawarkan produk yang lebih mahal terlebih
dahulu, kemudian menawarkan produk yang lebih murah.
c.
Prinsip
Resiprositas (Reprosity)
Teknik meningkatkan kepatuhan konsumen
atas permintaan pemasar dengan lebih dahulu menawarkan orang bersangkutan
sejumlah hadiah atau sample prosuk. Contoh : memberikan sample produk gratis,
mencicipi produk, test drive dan sebagainya.
d.
Peran
Komitmen (Committement)
Komitmen yang dipegang secara konsisten
akan meningkatkan jumlah pembelian. Komitmen yang tertulis akan dapat
meningkatkan konsistensi dalam berinteraksi. Perusahaan penjualan door to door
telah menemukan keajaiban komitmen tertulis. Mereka dapat mengurangi tingkat
pembatalan hanya dengan meminta pelanggan mengisi formulir perjanjian penjualan
(sebagai tanda jadi).
e.
Pelabelan
(Labeling)
Melibatkan pelekatan semacam gambarab
pada seseorang, seperti “Anda Orang Baik”. Label diduga menyebabkan orang
memandang diri mereka dengan cara yang disiratkan oleh labelnya. Pelabelan
dapat digunakan oleh pemasar untuk menarik hati calon konsumen, sehingga
pembelian terjadi. Pemasar pakaian dapat mengatakan “Anda orang tua yang penuh
perhatian” di saat menawarkan pakaian untuk anak orang tersebut.
f.
Insentif
(Insentive)
Insentif mencakup jajaran luas alat-alat
promosi, seperti discount harga, undian, rabat, dan kupon. Insentif biasanya
mewakili komponen penting dari keseluruhan strategi promosi produk. Contoh :
mainan anak pada produk makanan anak, cairan pewangi pada produk detergen dan
sebagainya.
BAB X : PENARUH
KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI
1.
Pengertian Kebudayaan
Budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata LatinColere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur”
dalam bahasa Indonesia.
Definisi
budaya Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budayaterbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat
rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung
pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil
bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar”
di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan
“kepatuhan kolektif” di Cina.
Citra budaya
yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman
mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang
dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
2.
Dimanakah
Seseorang Menemukan Nilai-nilai Yang Dianutnya?
Nilai sosial
adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik
dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.
Untuk
menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas
harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang
satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai
Ciri-ciri
pembentukan nilai-nilai sosial yang di anut
a. Merupakan konstruksi masyarakat sebagai
hasil interaksi antarwarga masyarakat.
b. Disebarkan di antara warga
masyarakat (bukan bawaan lahir).
c. Terbentuk melalui sosialisasi
(proses belajar)
d. Merupakan bagian dari usaha
pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
e. Bervariasi antara kebudayaan yang
satu dengan kebudayaan yang lain.
f. Dapat memengaruhi pengembangan diri
sosial
g. Memiliki pengaruh yang berbeda
antarwarga masyarakat.
h. Cenderung berkaitan satu sama lain.
Berdasarkan
ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan
dan nilai mendarah daging (internalized value).
a. Nilai Dominan
Nilai Dominan adalah nilai yang
dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu
nilai didasarkan pada hal-hal berikut.
Banyak orang yang menganut nilai
tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke
arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi, hukum, dan
sosial. Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.
Tinggi rendahnya usaha orang untuk
dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang Indonesia pada umumnya
berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran
atau Natal.
Prestise atau kebanggaan bagi orang
yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki mobil dengan merek terkenal
dapat memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri.
b. Nilai mendarah daging (internalized
value)
Nilai mendarah daging adalah nilai
yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang
melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah
sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil.
Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan merasa
sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi
nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak
bertanggung jawab. Demikian pula, guru yang melihat siswanya gagal dalam ujian
akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut.
Bagi
manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala
tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan
pandangan hidup seseorang dalam masyarakat. Menurut Notonegoro,nilai sosial
terbagi 3, yaitu:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu
yang berguna bagi fisik/jasmani seseorang.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu
yang mendukung aktivitas seseorang.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala
sesuatu yang berguna bagi jiwa/psikis seseorang.
3.
Pengaruh
Kebudayaan Terhadap Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku
konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan
produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat
memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Selain itu
perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini
melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan
barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut
Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen
untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
3.1
Model Perilaku Konsumen
Konsumen
mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan
besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab
pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana
dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
Pertanyaan
sentral bagi pemasar: Bagaimana konsumen memberikan respon terhadap berbagai
usaha pemasaran yang dilancarkan perusahaan? Perusahaan benar−benar memahami
bagaimana konsumen akan memberi responterhadap sifat-sifat produk, harga dan
daya tarik iklan yang berbeda mempunyai keunggulan besar atas pesaing.
3.2
Faktor Budaya
Faktor
budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen.
Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan
kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan
perilaku seseorang.
Budaya
merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang
dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting
lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih
kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk
para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme,
kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk
segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang produk dan program
pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas
sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu
masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai,
minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor
tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan,
pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
a. Pengaruh Budaya Yang Tidak Disadari
Dengan adanya kebudayaan, perilaku
konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari
masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen
terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara
tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya
terhadap perilaku sering diterima begitu saja. Ketika kita ditanya kenapa kita
melakukan sesuatu, kita akan otomatis menjawab, “ya karena memang sudah
seharusnya seperti itu”. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang
memperlihatkan pengaruh budaya dalam perilaku kita.
Barulah ketika seseorang berhadapan
dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda
dengan mereka, lalu baru menyadari bahwa budaya telah membentuk perilaku
seseorang. Kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya yang dimiliki bila
seseorang dihadapan dengan budaya yang berbeda. Misalnya, di budaya yang
membiasakan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi akan
merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang baik bila dibandingkan dengan
budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari.
Jadi, konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan
mereka berdasarkan latar belakang kebudayaan yang mereka miliki. Dan, setiap
individu akan mempersepsi dunia dengan kacamata budaya mereka sendiri.
b. Pengaruh Budaya Dapat Memuaskan
Kebutuhan
Budaya yang
ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu
produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan
menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal
dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar
mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu
seseorang pada waktu makan.
Begitu juga
hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi
makanan olahan dan suatu obat.
c. Pengaruh Budaya Dapat Dipelajari
Budaya
dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan
seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan
yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat
dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang
dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih
muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan
meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam
dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran
secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Misalnya
dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan
pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah
produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat
menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya
mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu
produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai
keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
d. Pengaruh Budaya Yang Berupa Tradisi
Tradisi
adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian
langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan
terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari
lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting
dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih
berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang
selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya
pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara
tersebut.
4.
Struktur
Konsumensi
Secara
matematis struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai
hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran)
dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian
pada tiap harga (permintaan). Grafik ini memperlihatkan sebuah pergeseran ke kanan
dalam permintaan dari D1 ke D2bersama dengan peningkatan harga dan jumlah
yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik keseimbangan (equibilirium) dalam
kurva penawaran (S).
5.
Dampak
Nilai-nilai Inti Terhadap Pemasar
5.1
Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran
adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa
kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan
manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik (makanan, pakaian,
perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi,
penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen,
bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan tersebut.
5.2
Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan
oleh budaza dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan
digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau
keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang
semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan
dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa
memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus
keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya.
Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut
terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya akan memenuhi
kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan keinginannya dengan
makanan sukayaki dll.
5.3
Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta
keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan
produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah
istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan produk spesifik yang didukung
oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
6.
Perubahan Nilai
Budaya juga
perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan
perubahan budaya yaitu :
a.
Budaya
merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk
segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika
budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis
seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini
akan memberi kepuasan.
b.
Budaya
adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan
kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
c.
Kerumitan
dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan
ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
6.1
Variasi
nilai perubahan dalam nilai budaya terhadap pembelian dan konsumsi
Nilai budaya memberikan dampak yang
lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam
kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu
merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan
kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam
praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif,
konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan
tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang
individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari
nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua,
meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan
perbedaan/keseragaman.
6.2 Individual/kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika,
Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea,
Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi
mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri
yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya
yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing,
iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh,
konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka
meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya
individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand
out”, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi secara umum tidak di negara
Jepang, Korea, atau Cina.
6.3 Usia muda/tua
Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga,
anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa
dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya yang lebih
bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh di Negara
kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka dengan
membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika yang
memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun Cina
memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki lebih
dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil” bagi
mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan kata
lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih
berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya
melainkan juga pada budaya didalamnya.
6.4 Luas/batasan keluarga
Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam
suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan
kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih
dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak
memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa
dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk
seterusnya pada anak. Seperti contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di
Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh.
Para orang tua lebih memiliki kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam
membeli. Begitu juga para orang dewasa muda di Thailand yang hidup sendiri
diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi ketergantungan dalam membeli
masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka. Yang lain halnya di
India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu keluarga
yaitu seperti diskusi keluarga diantara mereka.
7.
Perubahan
Institusi
Nilai
budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini
dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai
lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara
individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang
utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai
aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam
keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi
untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang
individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk
individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim,
persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar